makna pertama kali melintas di pikiran
Doeloe, jika ada orang di sekitar
kita diyakini ‘buang gas’. Serta merta khalayak tutup
hidung. Tahu siapa yang lewat dari aroma bau badan
ybs. Apesnya, yang tercium bau apek. Paling menyesakkan jika bau
mulut lawan bicara tanpa tatap muka. Berarti
bau mulut sendiri. Banyak cakap, kuping suka kaget dengar suara ‘aneh’. Ternyata
dari mulut sendiri. Mampu menangkap getaran kata hati. Pura-pura budek.
Zaman berbasis literasi anarkis
berkebangsaan. Belum eksis, diperhitungkan jika aksi gerakan buka mulut belum menimbulkan
kerusakan. Anak batita menjadi pengguna aktif gawai, gadget sejak dini. Sejak dalam
kandungan.
Walau ada seribu petugas partai siap
bela simbol partai politik. Nusantara selaku penonton aktif sibuk menyaksikan transformasi global yang terukur. Bagaimana kemanfaatan
teknologi yang digerakkan oleh data dan informasi. Transformasi terbukti memiliki jasa besar
membolak-balikkan fakta sejarah.
Antara komik, buku stensilan sampai pegelaran wayang
kulit terlebih wayang orang. Tergantung sang
kreator yang tidak harus jadi orator. Langsung melonjak ke zaman wayang tanpa
lakon. Ki dalang siap ujaran dan ajaran, pegangan hidup makhluk penyuka
berhala reformasi 3K (kaya, kuasa, kuat). Siapa saja bisa menjadi apa saja.
Pihak mana saja bisa dijadikan korban politik tak berbentuk. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar