Halaman

Minggu, 04 Desember 2022

akal sehat politik bernusantara sudah diborong habis oleh para pendiri negara

akal sehat politik bernusantara sudah diborong habis oleh para pendiri negara 

Babak akhir tengah periode – khususnya periode pertama – kontraktor politik  konsentrasi matak aji (mengeluarkan kesaktian) karena merasa mampu lanjut ke periode kedua. Unjuk gigi sambil tebar janji tarik suara. Praktek politik balas jasa, balas budi vs politik balas dendam. Skenario politik tetap dijaga, merupakan “landasan hukum” kontrak politik. Salah langkah bisa turun di tengah jalan.

Konradiksi, bertolak belakang dengan pihakan masuk paruh akhir periode kedua. Tidak kehabisan akal. Terapkan metode slow motion. Hadir di acara yang tidak penting. Tampil selaku bintang tamu pun oké-oké saja. Cita-cita maju ke periode ketiga. Diakali dengan cari sponsor anyar. Turun status dari kepala  negara atau kepala daerah menjadi wakil. Beda dengan wakil rakyat, bisa pindah dapil. Atau ikut parpol anyar.

Jadi kalau akal-akalan, itulah andalan akal sehat politik. Berharap amandeman atau  perubahan kelima UUD NRI 1945. “akal sehat vs syahwat politik“ menjadi laga sesungguhnya. Kian anak bangsa pribumi primtif nusantara berakal, banyak akal maka akan berbanding lurus dengan kekurangan akal sehatnya.

Ironis binti miris tenan.  Pihakan yang getol,  gebèr uber kaping wolu. Entah pakai akal siapa. Malah pamer kalau tidak punya akal. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar