orde nasakom vs orde golkar vs orde rindu order
Pemirsa dimana saja, lebih gemar fakta ketimbang manipulasi bunyi-bunyi
maupun tuturan formal.
Oleh karena itu, langsung ke kejadian yang masih terjadi. Asal comot
suka-suka tanpa préténsi, kriteria apapun. Dimulai dari, diawali dengan [daya rusak
vs daya rakus] politik nusantara: oposan, oportunis, oplosan, opo-opo
kerso, opo-opo doyan,
opo-opo gelem. Media asing seolah
sudah tahu kejadian di balik fakta yang menggurita.
Indeks demokrasi yang komponennya terasa kurang mewakili. Moral politik yang
kian dipertanyakan. Terjawab dengan pasal mégatéga, dalil supertéga
maupun dalih serbatéga.
Wajar binti nalar,
jika kekerasan politik atas nama penguasa atau kebijakan partai. Proses
sakralisasi tindak pidana politik, politik
kriminal demi jaga nama baik, wibawa, martabat kuasa partai. Aksi
brutal, amuk massa layak disebut jasa atau prestasi kepartaian. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar