nusantara halal bagi praktikum ambisi politik
Rakyat tak tertarik dengan rumus
politik, rumus bernegara, “siapa saja bisa menjadi apa saja”. Rakyat paham
dengan sikap diam, lebih mencermati sejatinya siapa yang sedang jadi apa. Elit
lokal saja bisa menjadi penjajajah atas bangsa sendiri. Interaksi antara
penguasa dengan pengusaha menjadi satu paket. Koalisi partai politik kian
menyiratkan kepentingan pihak tertentu. Sudah tampak praktik politik yang mulai
meninggalkan plus menanggalkan sila-sila dasar negara.
Tradisi belajar politik langsung
praktik secara tradisional. Berguru tidak ke satu guru. Semakin merasa berilmu,
tampak di bahasa tubuh, lekukan roman muka di wajah yang berubah drastis jika
lapar. Ilmu padi muncul jika sua kawan partai negara asing. Ketertundukan
kepala plus badan, karena rasa hormat. Gaya berbasisi daya ilmu kondom, tegak
gagah perkasa saat jumpa masyarakat politik kelas papan bawah, akar rumput,
tapak tanah, wong cilik.
Alkisah, politik menjadi panglima
sekaligus agama bumi. Politik menjadi pandangan hidup sampai perjuangan (susah)
hidup karena faktor gènètik. Rampas, rebut dan raih kursi penyelenggara negara.
Liwat jalan yang bagus, baik, benar, betul. Tak mau antri, apalagi harus
berlaga. Terapkan aneka modus, reka rekayasa, aksi manipulasi secara
konstitusional. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar