Halaman

Senin, 12 Desember 2022

tidak pandai mencapreskan diri, menuduh dasar negara terjungkat

tidak pandai mencapreskan diri, menuduh dasar negara terjungkat 

Kemudahan, keringanan membuat judul menjadi momok, beban tersendiri. Mengoplos peribahasa, ungkapan, aforisme, pepatah, semboyan kebangsaan. Mensubtitusi subyek, kata kunci. Tidak terbatas dengan yang berbahasa Indonesia saja. Satu judul bisa lebih dari satu bahasa. Terasa beda dengan kata dalam bahasa daerah di daerah lain. Misal kata ‘jungkat’ pada judul . Adalah ’sisir’ menurut wong Jawa. Satu    sisir pisang.

Judul bersifat esensial, etalase isi jualan narasi. Kesimpulan akhir selaku pemacu pemicu adrénalin. Tidak perlu diuraikan dengan seksama. Tetap tendensius membaca fakta. Menyajikan  kejadian yang  sedang terjadi dengan gaya bahasa untuk semua umur. Berlaku untuk semua  kelompok masyarakat. Perkuatan dengan penjabaran pasal berkemiripan.   

Akar masalah, baik akar tunjang  maupun akar serabut, sesuai asumsi pemirsa. Aksi modus plagiatisasi tulisan lawas produk mandiri berkedirian. Kilas balik dengan judul “nglungguhi klasa gumelar vs gumelaring karpet abang”,  ora rumangsa, diuja, digelari klasa gumelar”. Masih dalam proses atau muncul lewat narasi, yatu  “belum meminang sudah menimang”.

Bahasa jelas, tengok judul ada lema “nyapres”. Ikat-kait-kiat langsung dengan judul, antara lain salah satunya  “mengaku nyapres kepada semua pers, ternyata”. Salah banyaknya, total 14 judul. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar