tidak pandai mencapreskan diri, menuduh dasar negara terjungkat
Kemudahan, keringanan membuat judul
menjadi momok, beban tersendiri. Mengoplos peribahasa, ungkapan, aforisme, pepatah,
semboyan kebangsaan. Mensubtitusi subyek, kata kunci. Tidak terbatas dengan
yang berbahasa Indonesia saja. Satu judul bisa lebih dari satu bahasa. Terasa beda
dengan kata dalam bahasa daerah di daerah lain. Misal kata ‘jungkat’ pada judul
. Adalah ’sisir’ menurut wong Jawa. Satu sisir pisang.
Judul bersifat esensial, etalase isi
jualan narasi. Kesimpulan akhir selaku pemacu pemicu adrénalin. Tidak perlu
diuraikan dengan seksama. Tetap tendensius membaca fakta. Menyajikan kejadian yang
sedang terjadi dengan gaya bahasa untuk semua umur. Berlaku
untuk semua kelompok masyarakat. Perkuatan
dengan penjabaran pasal berkemiripan.
Akar masalah, baik akar tunjang maupun akar serabut, sesuai asumsi pemirsa. Aksi
modus plagiatisasi tulisan
lawas produk mandiri berkedirian. Kilas balik dengan judul “nglungguhi
klasa gumelar vs gumelaring karpet abang”, “ora rumangsa, diuja, digelari klasa
gumelar”. Masih dalam proses atau muncul lewat narasi, yatu “belum meminang sudah menimang”.
Bahasa jelas, tengok judul ada lema “nyapres”.
Ikat-kait-kiat langsung dengan judul, antara lain salah satunya “mengaku nyapres kepada semua pers, ternyata”.
Salah banyaknya, total 14 judul. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar