libas tuntas sebelum tunas
Dewi rimba pertiwiwati diyakini bak dewi keadilan. Soal
bawa neraca, dacin, timbangan. Sejarah luput
bukti. Dampak yang dirasakan, keadilan berdasarkan asas neraca, mana yang lebih
berat timbangannya. Beda pasal dengan ‘dewa belantara’, lebih dikenal tenar
memakai gada atau alat pemukul yang memang besar. Beratnya saja, menurut
penafsiran BPS, melebihi BB ybs.
Entah pasal mana yang layak diduga
dilanggar atau pihakan yang berperkara. Kedua mata sang dewi tertutup sehelai kain.
Maksudnya. Lebih mengandalkan pendengaran. Pihak yang lebih ahli berujar, lihai
bersilat lidah, piawai memutarbalikkan fakta. Kampiun bermain watak. Maka atas
nama keadilan tanpa hitung cepat. Pasti akan keluar sebagai juara umum.
Idealistis dari sila-sila ideologi nasional mampu memberikan
angin surga bagi masyarakat sesuai rahian kebangsaan. Bahwa super-ideologi
nusantara berbasis asas “semua bisa diatur” secara seksama. Prakteknya melalui norma politik (kalau ada) yang dinamis, fluktuatif maupun tarik-ulur
adu kuat. Realita yang realistis
diselesaikan dengan keterbukaan ideologi negara.
Diskriminasi subv ersi gender beririsan
dengan adab berusantara. Perempuan dan anak perempuan seolah terbebani beban
paling berat akibat ketidaksetaraan, ketidakseimbangan modus politik. Praktek éksploitasi
perempuan lewat jalur ganda politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar