Halaman

Selasa, 27 Desember 2022

tidak lama kemudian

tidak lama kemudian 

Lama secara waktu tidak masalah. Diam tanpa sibukpun, malah makan waktu. Menghabiskan waktu tanpa terasa. Rebus beras,  ditanak agar jadi nasi, kendati pakai api besar membara, tetap butuh waktu. Maknawi jemput waktu. Posisi diri di lokasi bebas pandang. Bergerak mengikuti garis edar matahari. Mengejar bayang-bayang.

Lain pasal. Bergerak tegak lurus meninggalkan bumi. Pergi pulang pada jalur yang sama. Kalkulasi rinci kecepatan gerak dan kebutuhan waktu. Berharap mendarat kembali ke tempat yang sama, tempat  berangkat.

Akal manusia menembus batas waktu dan sekat ruang.  Semua serba mungkin sesuai kadar kemampuan, kesanggupan manusia. Lebih daripada itu, simak firman-Nya lewat (QS Ar Rahmaan [55]  : 33):

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”

‘Kekuatan’ dimaksud dalam arti luas. Termasuk kekuatan untuk melipatgandakan kekuatan plus menumbuhkembangkan kekuatan lain, yang tidak tampak dan atau mulai dari nol. Secara awam, alami, dasar keimanan, frasa “menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi” mengacu peristiwa Isra' dan Mi'raj Rasulullah SAW.

Kita mau hidup lama di dunia, masa ujian juga akan semakin lama. Mau hidup enak di dunia, ujiannya kian tidak mengenakkan. Ternyata masih banyak pasal yang menjelaskan rasa sabar dengan tetap berproses. Manusia dituntut untuk kemanfaatan dirinya sendiri, agar tetap taat sabar. Sabar saat mentaati kesabaran.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar