tidak lama kemudian
Lama secara waktu tidak
masalah. Diam tanpa sibukpun, malah makan waktu. Menghabiskan waktu tanpa terasa. Rebus beras, ditanak agar jadi nasi, kendati pakai api
besar membara, tetap butuh waktu. Maknawi jemput waktu. Posisi diri di lokasi bebas pandang. Bergerak mengikuti
garis edar matahari. Mengejar bayang-bayang.
Lain pasal. Bergerak tegak lurus meninggalkan bumi. Pergi pulang pada jalur
yang sama. Kalkulasi rinci kecepatan gerak dan kebutuhan waktu. Berharap mendarat
kembali ke tempat yang sama, tempat berangkat.
Akal manusia menembus batas waktu dan sekat ruang. Semua serba mungkin sesuai kadar kemampuan, kesanggupan manusia. Lebih daripada itu, simak firman-Nya
lewat (QS Ar Rahmaan [55] : 33):
“Hai jama'ah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
‘Kekuatan’ dimaksud
dalam arti luas. Termasuk kekuatan untuk melipatgandakan kekuatan plus
menumbuhkembangkan kekuatan lain, yang tidak tampak dan atau mulai dari nol.
Secara awam, alami, dasar keimanan, frasa
“menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi” mengacu peristiwa Isra' dan
Mi'raj Rasulullah SAW.
Kita mau hidup lama di dunia, masa ujian juga akan semakin lama. Mau hidup
enak di dunia, ujiannya kian tidak mengenakkan. Ternyata masih banyak pasal
yang menjelaskan rasa sabar dengan tetap berproses. Manusia dituntut
untuk kemanfaatan dirinya sendiri, agar tetap taat sabar. Sabar saat mentaati
kesabaran.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar