ramah investor global, nama baik negara vs martabat bangsa
Program/kegiatan yang didominasi investasi asing, penanaman modal asing,
utang luar negeri atau wujudan filosofi “adab bernusantara, ramah kebijakan dan
kepentingan global”. Potensi posisi Indonesia hanya sebatas pasal “kridha
lumahing asta, menerima apa adanya vs menerima adanya apa” alias terima jadi. Kondisi ekstrim, dan menjadi cirinya,
yaitu mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan maupun bahan baku, SDM betul-betul serba asing. Indonesia
hanya menyediakan tempat dan dukungan politik (urus izin pamit TKA).
Peluang anak bangsa hanya pada saat proyek fisik padat karya. Itulah politik-ekonomi. Kalau tidak bisa jadi
tuan, juragan, majikan malah pilih jadi budak di negeri sendiri.
Tidak ada yang salah dengan republik ini. Praktik sistem pemerintahan model
apapun – yang mungkin malah jauh dari sila-sila Pancasila – tidak ada pihak
yang protes. Semua adem ayem. Rakyat tetap menjalankan kewajiban sebagai
rakyat. Mau pakai dalil ekonomi dan menu harian, sudah pengalaman sejak zaman
doeloe.
Mendingan masih ada padat karya tunai (cash for work) di desa. Mengutamakan
swadaya masyarakat dengan berbagai bentuk sumbangan dana, tenaga, dan bahan
baku yang tersedia di Desa serta dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat
Desa. Upah kerja
diberikan secara langsung kepada warga Desa yang terlibat kegiatan Padat Karya
Tunai. Upah kerja dimaksud diberikan secara harian, namun apabila tidak
memungkinkan diberikan secara mingguan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar