Halaman

Jumat, 23 Desember 2022

ramah investor global, nama baik negara vs martabat bangsa

ramah investor global, nama baik negara vs martabat bangsa 

Program/kegiatan yang didominasi investasi asing, penanaman modal asing, utang luar negeri atau wujudan filosofi “adab bernusantara, ramah kebijakan dan kepentingan global”. Potensi posisi Indonesia hanya sebatas pasal “kridha lumahing asta, menerima apa adanya vs menerima adanya apa”  alias terima jadi. Kondisi ekstrim, dan menjadi cirinya, yaitu  mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun bahan baku, SDM betul-betul serba asing. Indonesia hanya menyediakan tempat dan dukungan politik (urus izin pamit TKA).

Peluang anak bangsa hanya pada saat proyek fisik padat karya.  Itulah politik-ekonomi. Kalau tidak bisa jadi tuan, juragan, majikan malah pilih jadi budak di negeri sendiri.

Tidak ada yang salah dengan republik ini. Praktik sistem pemerintahan model apapun – yang mungkin malah jauh dari sila-sila Pancasila – tidak ada pihak yang protes. Semua adem ayem. Rakyat tetap menjalankan kewajiban sebagai rakyat. Mau pakai dalil ekonomi dan menu harian, sudah pengalaman sejak zaman doeloe.

Mendingan masih ada padat karya tunai (cash for work) di desa. Mengutamakan swadaya masyarakat dengan berbagai bentuk sumbangan dana, tenaga, dan bahan baku yang tersedia di Desa serta dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat Desa. Upah kerja diberikan secara langsung kepada warga Desa yang terlibat kegiatan Padat Karya Tunai. Upah kerja dimaksud diberikan secara harian, namun apabila tidak memungkinkan diberikan secara mingguan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar