3 periode, ilang rainé katimbang ilang bokongé
Sebut saja satru bebuyutan (musuh turun-temurun). Terjadi di lapangan
hijau. Dua kesebelasan rebutan satu
bola sepak bundar. Si kulit bundar mendongkrak martabat negara. Beda pasal
dengan skala nasional nusantara. Nyawa manusia
lepas bebas tanpa sanksi. Di stadion maupun di jalanan. Laga tarkam saja mampu jadi ajang amuk massa.
Menjadi prestasi khusus, tersendiri di mata dunia.
Akhirnya tapi masih dalam proses protokol kenegaraan. Lacak makna ngrupak
jajahaning satru.
580 kursi DPR tersedia 2024 berkat 38
provinsi.
Paket keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan menjadi musuh besar, lawan
utama pemerintah rezim militer-politik Orde Baru. Pelita (pembangunan lima
tahun) demi pelita dicanangkan dan dipraktrekkan. Bagi pihak yang berseberangan
dengan gaya pemerintah, mendapat stigma anti kemapanan. Menghadapi “lawan
politik”, penguasa Orde Baru menggunakan modus, kalau tidak mau dirangkul, akan
segera didengkul. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar