kontrovérsi kaping pitu, petugas partai vs petugas partai
Dua kejadian yang bertolak belakang, dua pihak yang beda kepentingan
berada pada waktu dan tempat yang sama. Terjadi pada angkot,
bis kota dan sejenisnya. Riwayat lebih rinci pada pengguna angkot. Masa jaya-jayanya
angkot sebelum terdesak oleh gojek, grabcar. Termasuk raja jalanan, ngetem bebas
macet.
Transaksi tanpa ikatan moral antara
sopir dengan penumpang. Kalau belum penuh
sesuai pola duduk 4 - 6, angkot belum bergerak. Penumpang teriak uber waktu.
Sopir santai atau kebut-kebutan uber setoran. Terlebih jika penumpang harus ganti
angkutan untuk bisa sampai tujuan. Dari angkot alih lanjut ke bis kota. Bisa-bisa
diawali atau diakhiri naik ojek. Lengkap sudah perjalanan tua di jalan.
Kejadian nyata, interaksi antara kepala
negara dengan rakyat. Kendati tidak ada model sopir tembak, sopir cadangan, sopir dadakan. Pilihan kendaran politik,
adanya cuma itu. Pemilik angkot atau anaknya yang nyopiri lebih peduli
nasib penumpang.
Bisnis jalanan memang keras. Pemasukan
dihitung per bulan hanya 28-29 hari. Sisanya
jatah atau hak penguasa jalan. Filosofi sopir, roda obah Rp nambah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar