Halaman

Minggu, 25 Desember 2022

sesama teroris - satu ajaran, beda generasi - saling mégatéga tetap eksis

sesama teroris - satu ajaran, beda generasi - saling mégatéga tetap eksis 

Asas saling berbagi, utamakan memberi katimbang menerima. Ingat asas dum separo-separo. Kompromi jalan tengah. Rumusan kebangsaan “cilaka tanggung sendiri vs menang urut modal”. Kalah pamor dengantak perlu pakai nomor urut, asal penurut”. Bukan cuplikan kisah pak Turut ataupun segmen riwayat mbokdé Nunut. Terjadi pada semua anak bangsa pribumi nusantara. Makan dari nasi yang padinya sudah kenal pupuk buatan. Ditimpali obat anti hama berupa racun lingkungan.

Nusantara–ku, demi sebuah kursi serba dan anéka mégatéga. Namanya nusantara kawan, semakin kian berpengalaman menyelenggarakan sekaligus mengawasi pemilihan umum, malah semakin banyak mencetak ‘salah administrasi’. Semakin UU diperbarui dengan seksama sesuai selera penguasa pada periode ybs. Bisa terjadi sebagai titipan dari pihak yang nyata kuasanya.

Gejolak di masyarakat, acap dijadikan sensasi politik. Campur tangan pemerintah setempat maupun hamba hukum, sebatas melokalkan kasus. Atau langsung getok  dari atas. Bara kasus semakin difokuskan, dikendalikan atau diintimidasi, semakin membara.

Budaya asing peninggalan penjajah masih merasuki lubuk hati anak bangsa pribumi, bumiputera, putra-putri terbaik aseli daerah. Dikenal dengan istilah mo limo atau 5M. Agar tak menimbulkan multitafsir, penulis sengaja tak mentafsirkannya. Kendati masuk kategori penyakit masyarakat. Berkat pertambahan tindak laku aksi LGBT, secara yuridis berbasis HAM tak bisa diperkarakan. Penyakit masyarakat naik strata menjadi watak bangsa yang bernegara multipartai. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar