Halaman

Selasa, 13 Desember 2022

penyambung lidah rakyat vs perpanjangan tangan global

penyambung lidah rakyat vs perpanjangan tangan global 

Frasa ‘penyambung lidah rakyat’ melekat pada sosok diri BK. Tidak secara otomatis tersemat pada anak cucu idelogis BK. Rahasia umum, sehingga ikhwal dimaksud tak layak dibeberkan di blogspot pribadi ini. Malah mereka alergi, antipati, sirik. Siapa suruh jadi rakyat. Kalau jadi ketua dewan perwakilan rakyat, itu pasal lain. Utamakan revolusi mentai untuk abaikan sejenak ‘amanat penderitaan rakyat’.

Semenjak anak bangsa Nusantara tahu dan kenal partai politik. Émansipasi utawa persamaan hak antara kaum hawa, wanita, perempuan dengan kaum adam,   pria, lelaki sudah sejajar, sederajat. Sama-sama punya hak duduk di kursi penyelenggara negara. Kuota perempuan menjadi pasal dinamis. Peluang emas bukan untuk anak emas saja.

Kehidupan politik bukan sulap, bukan sihir kendati penuh tipu-tipu. Ada yang semakin tersipu-sipu. Ada yang serba mau. Pengarusutamaan gender melahirkan watak serakah politik. Bukan juga. Kode etik politik serakah begitu bunyinya. Tak pakai lama, tak perlu antri atau merintis muali dari nol. Tumpukkan keringat leluhur melicinkan langkah politik.

Indonesia terbuka ramah, bagian utama pasar bebas dunia. Adab   bernusantara, ramah kebijakan dan kepentingan global. Masyarakat ekonomi ASEAN melambungkan harga diri anak bangsa. Merasa global asli di atas nasionalisme. Garam dapur saja terasa asing. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar