motif, corak, ragam teritorial kebangsaan pribumi nusantara masih saja
Padahal sudah merdeka berkali-kali. Diperkuat oleh asas tunggal
Pancasila sakti. Langkah panjang demokrasi
multipartai kian memuluskan falsafah “siapa saja bisa menjadi apa saja”. Penguasa
tunggal otoritas politik nusantara sampai tingkat lokal; tirani minoritas multikutub;
trah penjajah bangsa sendiri.
Multipartai mengurangi pengangguran manusia politik sekaligus
membengkakkan penganggaran. Politik biaya
tinggi, anggaran demokrasi. Kemugkinan mempertajam konflik dan teror politik. Aksi
gerakan radikal yang menggerakkan loyalis partai ketika ada pihak mengothak-athik
nama baik junjungannya.
Memori kolektif kenusantaraan atas
rekam jejak masa depan. Pendekatan historis maupun futuristis malah bak pembodohan diri secara massal,
masif. Terlebih akal sehat politik bernusantara sudah diborong habis laris
manis oleh para pendiri negara.
Pemilik identitas “nasionalis
nusantara” hanya mampu mendaur ulang, mengoplos
ideologi apkiran. Tapi bangga menemukan
fomulasi”petugas partai”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar