Halaman

Jumat, 09 Desember 2022

hina poyok stigma tergantung juru ujar

hina poyok stigma tergantung juru ujar 

Padahal  literasi politik mengarahkan agar penguasa, partai politik serta rakyat menjadi lebih logis, rasional, objektif dan aktif  membudayakan budaya demokrasi. Justru, kebebasan berpersatuan lewat jalur berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat perlu diarusperdanakan.

Tak pantas menyebutkan, walau untuk contoh, sebutan apa saja yang menjadi produk resmi pendengung, pengigau. Ironis binti miris, mereka yang terpelajar, tanpa risi ikut aktif sebagai mediator, sebagai katalisator. Semakin tinggi rekam jejak akademisnya, menunjukkan spontanitas, agresivitas yang ujung-ujungnya menjadi daya rusak diri.

Negara memajukan secara  bebas  aktif  kebahasaan nasional, kebahasaan  negara Indonesia bersama laju peradaban global  dengan menjamin kebebasan penduduk, rakyat, masyarakat, warga  negara pada saat mempraktékkan, mempopulerkan jati dirinya melalui berbahasa dengan baik, benar, bagus, betul. Semangkin membuktikan literasi anarkis dikuasai dan atau dipelihara oleh negara.

Pihakan yang merasa diri otot kawat, balung wesi, muka tembok. Malah gemar memelintir fakta sejarah. Media anti-sosial, pewujud daya rusak diri sejak dini kian memanjakan. Seolah merestui secara konstitusional. Modal sosial, jaringan dan jejaring sosial yang berbasis kepekaan sosial, kalah galak. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar