keledai nusantara mbélani mbalèni piringé nganti ping telu
Mendaur ulang masa lalu,
menghadirbangkitkan kejayaan masa lalu dioplos
kemas dengan saraf dan syahwat
terkini. Juga tidak kawan. Filosofi njawani
“telu kurang siji kakèhan”.
Di panggung politik, beredar fatwa bahwa pemain bangkot,
gaek, tua sudah membosankan atau nyaris tak
populer. Jagoan muda, matang luar mentah
dalam. Jangan keliru ingat, semangat
1945 bisa tetap membara akan tetapi semangat reformasi tak kalah garang.
Menang jadi arang, kalah jadi abu. Menang disumpah, kalah disumpahi.
Bukan hanya karena tidak ada pasal
kejahatan politik. Kendati UU menyuratkan penyebab pertama dan utama konflik
sosial adalah politik. Pesta demokrasi pada babakan kampanye sebagai ajang adu
kuat jualan politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar