Halaman

Senin, 19 Desember 2022

oportunisme bakalan kaping wolu, titik putih vs titik putih

oportunisme bakalan kaping wolu, titik putih vs titik putih 

Pemilihan umum (pemilu) oleh penguasa tunggal rezim politik-militer Orde Baru didaulat menjadi pesta demokrasi. Pestanya rakyat. Berkat kemanfaatan demokrasi multipartai sederhana, maka  pemilu 2024 rakyat tinggal terima jadi. Parpol pemula 2024 berharap-harap cemas. Pemilih pemula 2024 cemas berharap-harap. Kalau memakai metode dikawinsilangkan, akan menghasilkan rasa yang tanpa rasa.

Kenyataan yang ternyata terasa nyata, bakalan capres dan atau cawpres punya pangsa pasar tersendiri. Manusia ekonomi multinasional, semiglobal tak mau ambil pusing sendiri. Propanda, promosi, provokasi demi jalannya usaha lima tahun ke depan tetap mulus. Inilah pertarungan sejatinya.

Ingat peran wapres selama sejak ada di NKRI. Mulai dari dwitunggal, ban serep, matahari kembar, pendulang suara.

Sikap apatis, nada antipati, ujar alergi, sinyal apriori pemilih pemula merupakan kilas balik, refleksi dari tindak tutur, tingkah laku penguasa. Ditarik mundur, ujung-ujungnya ketemu fakta bahwa parpol juara umum 2014 plus 2019 tak siap menang. Kendati oknum ketum dengan hak prerogatifnya ahli menangis. Mencetak air mata buaya. Biar dikira peduli nasib bangsa.

Episode  “ayam petelur digadang jadi ayam petarung”.  Adat sabung ayam, analog dengan pesta menegak miras industri tradisional,  rumahan, bebas sanksi hukum. Kendati budaya lokal bagian sentral budaya nusantara. Karena mengakar bareng pembentukan masyarakat yang masih lekat animisme-dinamisme. UU Pornografi tidak bisa sembarangan diterapkan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar