rangsangan politik oleh mesin partai menghalalkan segala modus
Ambisi politik anak bangsa primitif
pribumi nusantara. Skala kemanusiaan tak
jauh-jauh dari sistem saraf dan pola syahwat 24 jam. Jadi, selama antara
haram dengan halal di syahwat politik, hanya beda tipis. Pemirsa tak perlu resah, gelisah. Banyak skenario berpolitik dengan aman, yang mau tak mau akan ada “skenario makan skenario”.
Alkisah, politik menjadi panglima sekaligus agama bumi.
Politik menjadi pandangan hidup sampai perjuangan (susah) hidup karena faktor
gènètik. Rampas, rebut dan raih kursi penyelenggara negara. Liwat jalan yang
baik, benar, betul dan bagus. Tak mau
antri, apalagi harus berlaga, bersaing, pakai aneka modus, reka rekayasa, aksi
manipulasi secara konstitusional.
Di padang ideologi nusantara,
gembala penyesat semakin mendapat tempat. Dukungan berlimpah dari investor politik
lokal, interlokal, regional, nasional, multinasional. Efek domino perjanjian
dengan setan lama maupun persepakatan dengan setan di éra mégatéga, tentu tak
ada yang gratis.
Pihak lain. Demi nikmat pantat, meraih harga sebuah kursi
kekuasaan. Pakai pasal jual bangsa. Minimal,
menunjukkan kepada bangsa lain betapa moral politik nusantara dengan olok-olok
politik. Peolok-olok politik merasa
lebih mulia tinimbang kedua orang tuanya. Saking mulianya, tangan kanan merasa
gengsi untuk berkongsi dengan tangan kiri. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar