digitalisasi tipikor nusantara, atas nama 'nama baik'
OTT-KPK tidak akan manjur–mujarab–mustajab
jika antara si pemberi suap dengan penerima suap, tidak melakukan tatap secara konvensional. Transaksi digital pun, tidak
pakai perantara atau orang kepercayaan,
masih tidak bebas pelacakan. Mana yang lebih maju, ilmu maling atau ilmu polisi.
Cikal bakal koruptor bisa belajar dari
modusinvestor lokal, pemodal dalam negeri maupun pengusaha agar tetap eksis antar periode
kepala negara, kepala daerah maupun wakil
rayat. Kalkulasi politik manusia ekonomi berkorelasi aktif positif dengan politik
biaya tinggi.
Pihakan yang mahir bermain dengan dunia
lain. Bermitra dengan dunia sebelah. Melecehkan OTT-KPK. “Norak amat”, ujar cangkem
lebarya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar