rakyat inspiratif, satunya ambisi dengan fakta
Begitulah rakyat. Mau dibilang apa saja, mau dibunyikan bagaimanapun
tetap begitu-begitu saja. Hiérarki kerakayatan di atas rakyat malah terdapat wakil-rakyat.
Di atas status dan posisi “penyambung lidah
rakyat” maupun pelantar suara rakyat. Beda dengan membeli suara rakyat.
Konflik antar pemilik media massa arus
utama, media massa alternatif yang berpolitik praktis malah mengkobarkan kepentingan
penguasa. Rakyat sejak dari sono-nya kebal kritik tahan pujian. Apanya yang
mau dikritik. Wong ora ana apa-apané. Hebat apanya kok bisa dipuji. Isané gur ngono-ngono waé.
Bahwa upaya gubah-rubah-ubah untuk menentukan nasib diri-sendiri (self-determination),
maka wakil-rakyat adalah pengayom dan representasi rakyat. Harapan rakyat terhadap
wakil-rakyat bergerak antara ojo lali janjimu dengan jangan biarkan kami rakyat berjuang sendiri. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar