adab berkedirian beririsan dengan adat siapa aku
Selama ybs masih bisa berdiri di atas kaki sendiri, berpijak
di tanah sendiri. Wujudan nasionalisme, bela negara, kawal bangsa, cinta tanah
air, jaga ibu pertiwi. Banyak teman senasib ditanggung sendiri-sendiri. Belum-belum sudah tepuk dada. Lupa
status diri. Merasa dunia selebar daun kelor, dalam genggaman pihak
berwajib. Pihak berseberangan di seberang laut tampak lebih ranum.
Karena panggilan tugas. Terpaksa
hengkang dari lokasi teritorial kebangsaan. Mirip model bedol desa. Bedanya, daerah asal,
tempat kelahiran “lenyap” dari peta bumi nusantara. Dialihtugaskan secara
masal memanfaatkan
fungsi utama tol laut. Negeri ini negeri
bahari. Berdendang riang, berlagu “nenek moyangku seorang pelaut . . . “.
Penumpang kapal bertolak belakang
dengan bahtera nabi Nuh as. Negeri Pancasila tidak menampung kawanan LGBT subversi nusantara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar