wis kemaruk tambah keladuk
Bukan ungkapan njawani banget. Tidak sesuai kode etik, walau enak disimak. Dipas-paskan tetap pas. Soal menyuratkan dan atau menyiratkan pasal budi pekerti manusia dan kemanusiaan. Lihat laku diri lewat apa kata orang. Di jalur semula, ingat rambu “ina sabda pralaya” atau jelek ucapan binasa.
Kejadian lain mengungkapkan “menang membeli, kalah memakai”. Maksudan, bangga nian punya pilihan saat pesta demokrasi. merasa menjadi bagian penting dari orang penting. Namun apa jadinya, orang yang dipilih jauh fakta dibanding promo, kampanye. Bukan salah pilih. Terlanjur yakin, waktu lima tahun ke depan, sia-sia. Urusan pemerintah langsung ke masyarakat lewat gaya omongan ngemong pamong praja atau modus pengayom gawe ayem yèn gelem.
Mau menjabarkan panjang lebar luasan
ungkapan sederhana di kuping “gemblung jinurung édan kawarisan”. Pasnya, aspek
kebahasaan memang bersumber dari pusat, tengah pulau Jawa. Cocok komentar atas
kejadian perkara yang selalu terjadi, kambuhan tapi nyaris rutin. Pelakunya arisan
antar kawanan pro-kebangsaan. Patriotisme plus nasionalisme sebatas wacana
gaya lama, pemanis bibir. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar