garis kematian lebih akurat ketimbang
Bencana alam kian membukakan mata hati manusia. Betapa bumi yang merupakan benda mati, masih berproses. Budidaya tangan dan watak serakah manusia sukses memacu memicu perubahan alami. Interaksi perilaku manusia bumi sejak zaman nabi Adam dengan kearifan bumi, seolah tidak ada ikatan.
Dimana bumi dipijak, manusia merasa bebas berbuat apa saja. Ketergantungan kepada kemurahan alam dan ramah lingkungan diimbangi bumi wajib setor upeti. Keseimbangan, hukum alam sengaja dijaga berat ke pihak yang kuat bongkar isi bumi, kuras kekayaan laut dan babat tuntas hasil bumi (hutan). Ketika bencana alam salah musim, dianggap fenomena alam, lumrah jangan salah kaprah. Jangan dianggap dan ditanggapi selaku pratanda, sinyal apapun.
Pelampau batas hukum alam. Bukannya tanpa dampak, efek. Mulai pasal sanksi paling ringan. Orang pilih semua kesalahan bisa dihapus dengan tukar guling. Pembangunan fisik, kasat mata, terukur menjadi unggulan semua negara. Di samping memberikan kemudahan agar umat manusia ingat akan asal usulnya. Pihakan lain merasa pintu menuju sukses dunia terbuka bebas.
Alam mampu melakukan sapu bersih, menyeleksi umat manusia tanpa pandang daya religi. Kiamat ringan cukup mendapat kiriman virus penyakit tidak menyakitkan. Manusia merasa kian tidak berdaya di balik keunggulan teknologi. Bangunan supermodern ternyata tidak sanggup menjadi bénténg terandalkan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar