Halaman

Rabu, 25 Agustus 2021

seperti merasa sudah merdeka seutuhnya

seperti merasa sudah merdeka seutuhnya

Di tempat kerumunan umum, tapi bukan mimbar bebas. Tingkah polah manusia segala tampilan sesuai batas umur wajar. Kasat mata memacu memicu komen. Dicetuskan dalam hati takut merubah bobot timbangan amal. Amal pahala sehari bisa tidak setara dengan nilai setitik sirik diri, iri hati dengki tanda tidak mampu.

 Pandangan dialihkan agar tidak terkontaminasi oleh obyek visual tidak masuk akal, malah-malah bisa dianggap melanggar HAM. Buang muka dengan sengaja, mengandung maksudan multitafsir. Apalagi pasang wajah tidak suka. Kian banyak pasal hukum kemanusiaan dijadikan dasar tuntutan. Bahasa tubuh pasif saja, sudah bukti ringan tidak suka. Buang muka, tutup hidung, pura-pura tidak melihat atau jurus elak, tetap layak. 

Terlebih jika tertangkap tangan, terekam CCTV sedang melakukan reaksi mulut secara spontanitas, reflek, kaget betulan. Bisa vonis di tempat, langsung jadi. Tidak pakai bayar ongkos perkara. Bingung nian. Kejadian sebenarnya apa yang terjadi belum jelas. Apakah ada sosok ndodok plompang-plompong modal kolor. Perokok aktif tanpa masker seolah menantang zona merah. Atau ada baliho capres bergincu abang mlengos tanpa brengos. Tunggu surat kabar pagi terbit dadakan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar