mana emas sepuhan mana loyang, muncul dimana
Ingat zaman “atas petunjuk bapak presiden”. Jika saat itu ada nenek hanyut di sungai. Tim SAR plus warga ikut menyisir sungai sampai jarak tertentu. Pawang buaya bantu menerawang. Padahal paham awam masyarakat umum, tahu nantinya sang korban muncul di Pos Kota. Tempat terhormat di halaman pertama. Soal ada foto, bisa pakai ilustrasi.
Lain zaman, beda kepala negara, mirip nyaris pengulangan berita-berita. Kali ini soal impor jagung pakan. Bukan jagung pangan. Berita sejenis, impor garam industri. Pasal garam rakyat, garam dapur, garam meja dan sebutan komoditas semaksud. Generasi penyuka menang merk. Kenakan produk lokal bangsa dw diberi label asing. Pasang gaya agar tampak berklas.
Babakan tercatat kini, sedang terjadi ikut arus sungai jangan hanyut. Salah total. Maunya muncul dipermukaan berklas. Tahu diri ybs selama ini cuma karbitan, polesan, cangkingan. Namanya sosok tiban mudah terjungkal. Kader drop-dropan gampang didrop oleh sentuhan ringan. Pasang sosok diri di model “pos kota” di pinggir jalan. Tahu kalau malah jadi lelucon politik. Rakyat sudah jenuh tertawa. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar