Halaman

Minggu, 29 Agustus 2021

format Islamofobia semu nusantara, berkat jasa media massa

format Islamofobia semu nusantara, berkat jasa media massa

Bukan mau menunjuk tunjuk hidung pihak. Media massa atus utama maupun pasang surut arus. Seolah anak bangsa primitif pribumi nusantara bebas salurkan inspirasi kadar agamanya. Titel akademis terpajang di depan dan atau tertera di belakang nama diri. Bukan jaminan kadar hatinya demikian. Bebas laku bebas hidup di dunia berketekanan. Seleksi alami, ilmiah, ilahiah langsung praktek.

 Membuat istilah yang seolah agamais untuk unjuk diri. Malah salah bukti. Maunya sekaligus tunjuk, tuding pihak lain yang tuna, buta, minim ilmu agama. Bangga mampu membuat predikat nistaan. Atau menjadi pengguna aktif istilah yang dia sendirinya tidak paham. Semakin melolong gonggongannya, kian nyaring lengkingnya, menguak jati diri secara sengaja. 

Betapa petani tanam padi di sawah, tumbuh subur tanaman liar. Belum kinerja pupuk buatan, obat anti hama racun bagi lingkungan. Binatang pengusik terpanggil. Benalu, parasit tanaman menambah duka tapi pelakunya malah bangga. Itulah hidup di dunia penuh tipa-tipu. Tidak mampu eksis diri, percaya diri digadaikan. Tidak berani tipu pihak lain, diri sendiri ditipu hidup-hidup. Belum masalah aksi dunia penuh pura-pura. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar