démokrasi, gedé modal tuku kursi
Akronim, jarwa dosok, jarwa suta lema ‘démokrasi’ ikut adab bahasa daerah. Ketimbang tafsir bisa bias atau suka-suka yang sebut. Semakin diucap oleh oknum penyelenggara negara sambil tampak berpikir semacam pelengkap. Agar tampak pemikir, ahli bernegara.
Tidak perlu jauh-jauh membandingkan dengan kata ahlinya dari negara demokratis. Ironis binti miris, di negeri asal muasal demokrasi, sebagai menu lokal. tidak digali, dijabarkan menjadi pedoman. Adab bernegara mengutamakan menang praktek ‘démokrasi’ ketimbang memikirkan bentukan yang cocok.
Demokrasi yang masih beredar resmi
di nusantara, bukan demokrasi subversi nusantara. Wawasan kebangsaan beririsan
dengan model adab bernegara. Proses demokrasi itu sendiri secara dinamis, atraktif
menghasilkan perasan, rumusan bahwasanya demokrasi bisa di-Rp-kan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar