Halaman

Minggu, 29 Agustus 2021

fragmentasi norma kebangsaan, sigap gulung lidah sendiri

 fragmentasi norma kebangsaan, sigap gulung lidah sendiri

Adab berbangsa tidak untuk dibanding, sanding, tandingkan. Pakai bahan baku galian lokal yang sudah teruji luar-dalam atas-bawah sejak doeloe kala. Perubahan bukan penyesuaian adat secara formal. Agar tidak ditinggal era atau zaman di sembarang tempat.

 Dimensi kebangsaan nusantara ternyata bukan untuk melandasai, mendasari wujudan bernegara. Dominasi modus multipartai malah menentukan kontrak politik bernegara. Tata masyarakat menjadi basis komoditas politik. Kalkulasi politik menjadikan suara rakyat ‘one man one vote’ sangat berarti, bernilai di bilik suara. 5 (lima) menit gunakan hak pilih untuk nasib negara 5 (lima) tahun ke depan.

 Dalil sehat sebelum sakit, antara lain “berhenti makan sebelum kenyang”. Sambil adu gigi kunyah mie kwetiau rebus dioplos nasi merah-putih bersamaan ketik di laptop judul ini. Termasuk stop ketik agar pemirsa sempat berpikir. Apa iya bangsa yang superheterogen, mégakompleksitas, serba multi ini mudah dituntun. Beda pilihan, beda warna partai cukup jadi alasan “main polisi keroyokan di tempat”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar