buang peluang plus hilang satu kebajikan
Adab bermanusia bangsa besar karena sattus jutaan populasi penduduk. Sekian banyak catatan kelam tidak membuat kapok, jera untuk berbuat apa saja. Selain banyak temannya, juga mencontoh pihak di atas, penguasa. Kesenonohan lewat media massa arus utama maupun ruas bebas cegatan memacu memicu inspirasi. Tinggal melanjutkan adat formal bernegara. Tidak percuma pasang baliho. Mati gaya biasa, asal jangan mati angin.
Itu orang, wong nusantara bumi pertiwi, begitu mata menatap fakta. Tidak ada alternatif tinggal comot tanpa keringat diri. Yang ditawarkan dan diwartakan serba yang tidak enak-enak plus. Harus begini harus begitu. Sarat aturan menjerat tangan dan lidah. Mau enak saja lewat cara yang tidak enak. Dalil tata moral politik subversi nusantara berbasis menghalalkan segala modus operandi.
Pendekatan religius yang dianut
manusia sejahtera, diam bungkam saja seolah membiarkan laku miring teman
seiring. Rebutan nikmat dunia memang ada mitra
kerja, teman usaha, kawan bermain, sekutu cari seteru. Prakteknya pakai
hukum rimba belantara tanpa batas adiministrasi. Maunya langsung terima jadi
tidak pakai ngapa-ngapain. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar