réduksi tata moral politik nusantara, rekayasa multipartai vs manipiulasi pesta demokrasi
Penjelasan apa lagi yang perlu diperjelas. Sehingga ada batas tegas. Begitu lihat sekilas tampakan judul, sudah jelas-jelas. Skenario politik berlapis, berselubung, berjilid kian menjerat pegiat parpol. Timbal balik dengan pola pemilihan umum yang dinamis. Menjadi ajang laga bebas antar pecundang.
Ekspresi kejiwaan kawanan pegiat partai segala keahlian. Liwat biro jasa media massa arus utama maupun arus bawah sadar. Kian menggugah daya sadar pemirsa yang masih suka-suka sok gaya berbudaya serba asing. Laku formal penguasa dengan menyederhanakan jumlah parpol di zaman militer-politik Orde Baru. Sekarang, muncul gaya nggampangké. Urusan rakyat dirédusir menjadi bukan urusan negara.
Politik secara lahir batin menjadi cara luhur mengatur kehidupan bersama. Cuma sang oknum bikin hitam putihnya gerakan politik. Negara multipilot memacu memicu multikonflik, multibencana. Politik subversi nusantara dalam wujudan, bentukan partai politik. Haluan bebas haluan, mau merah, mau hitam tidak bisa dipidanakan. Syarat administrasi menjadi penentu sah tidaknya sebuah partai politik. Syarat ideologi atau ikhwal semaksud, urusan terakhir.
Lazimnya sebuah rezim, tepatnya di éra mégatéga, bukan sekedar menjelma menjadi kezaliman, kelaliman. Maklum. Memang memang sebegitunya. Sudah sebagai langkah politik yang optimal. Mentok atas bawah. Jeblok samping. Apalagi tampak depan maupun penampakkan lainnya. Semrawut binti awut-awutan. Pokoké menang. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar