licin sebelum bertindak
Jalan lingkungan di kompleks perumahan KPR-BTN secara tak terencana mengalami peninggian. Awalnya sirtu, kemudian dilapis aspal. Bukan pakai sistem makadam. Mempengaruhi harga jual rumah. Swadaya tiap lorong, ruas jalan. Bersyukur ada warga yang nyaleg. Daripada kampanye orasi tebar janji, mending bangun jalan, dll. Akhirnya, jalan lebih tinggi dibanding lantai rumah.
Rumah yang sudah direnovasi, bahkan bertingkat. Menjadi genangan saat hujan. Jalan bisa menjadi lokasi pengungsian. Wujud tipe asli sudah berubah total. Betah sampai beranak cucu. Pemekaran wilayah menjadi status kota. Jalan kampung penduduk asli dengan jaringan gang senggol, bernasib sama. Paving block agar tidak becek. Ajang kampanye pileg, jalanan diaspal. Agar menambah nilai kos-kosan.
Rumah petak menjadi simbol orang kaya lokal, etnis asli sejak nusantara. Pendatang modal berita dan cerita. Adu nasib dengan buka usaha ekonomi harian. Repotnya, pembeli berderet di bahu jalan. Turun ke teras rumah, curam. Tidak pakai undak-undakan. Berkat jasa baja ringan, atap sampai batas jalan. Yang kutuju, penjual bakmi pipih alias kwetiau. Mi basah tidak dikenal. Bisa santap di tempat. Asas kehati-hatian menjadi pegangan kaki. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar