rakyat
lumbung Pancasila vs partai politik lumbung ideologi
Sepertinya ada yang tak pas. Maka dari itu, coba baca berulang kali dengan
seksama, tak perlu tergesa. Renungi dengan leluasa dari aspek bahasa. Cermati
dan endapkan rasa substansi yang tersurat maupun materi yang tersirat. Jangan
terburu buka kamus politik.
Jika tahap awal, terasa ada yang tidak menyambung, tidak konek. Wajar. Dua
judul digabungkan. Model sanding, banding, tanding jelas beda jurusan. Lema
‘lumbung’ memberi kesan ada yang sama atau sebagai alat sambung. Biar
meringankan kerja otak saat fungsi pencernaan terpacu daya baca.
Kaca mata awam bisa menyimak, antara rakyat dengan partai politik memang
jauh.
Daripada bingung tanpa berusaha memegang tiang terdekat. Jelas saja judul
di atas, merupakan kesimpulan sejarah. Kesimpulan utama, harga mati. Memang begitu
hasil akhirnya. Tak bisa diintimidasi untuk diubah.
Bersyukur atau cukup mengelus dada sendiri. Untung hanya segitu. Soalnya bisa
lebih parah lagi. Kalau kemasukan sentimen negatif dari para pejuang bangsa,
penegak negara.
Periode siapa penyumbang terbesar sehingga bisa terjadi kejadian sesuai
judul. Tidak dipublikasikan, bukan untuk konsumsi umum. Juga bukan yang
sifatnya rahasia. Apakah mewakili daerah sehingga bisa diambil benang merahnya
dan diangkat menjadi fakta nasional.
Partai politik yang bagaimana platform-nya yang kontribusinya dominan
sebagai pencetak sejarah. Adakah komponen
asing yang melebihi ketentuan rasa nasionalisme. Atau apa kemanfaatan investor
politik asing dan sampai kapan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar