Halaman

Selasa, 02 Oktober 2018

ketika Indonesia kekurangan Pancasila


ketika Indonesia kekurangan Pancasila

Masa kampanye direncanakan mulai tanggal 13 Oktober 2018 sampai dengan 13 April 2019. Karena presiden aktif 2014-2019 mencapreskan dirinya. Muncul kebijakan bahwasanya akibat pertimbangan akal sehat politis, maka masa kampanye diubah menjadi 24 September 2018 – 13  April 2019. Tidak ada minggu senyap.

Memanjang ke depan masa kampanye, agar tak terjadi curi start secara konstitusional.

Menurut hasil potret udara lingkungan strategis Nusantara, tak tampak wajah Pancasila. Hanya di beberapa tempat tampak potongan mirip bagian dari Pancasila. Diperjelas, tampak nyata NKRI sebagai negara multipartai. Warna merah nyaris merata sampai gugusan pulau kecil tak bertuan.

Agak merendah, fokus pada batas wilayah NKRI, tampak pusaraan warna merah tua di lokasi yang padat penduduk. Kawasan padat penduduk, padat bangunan yang kontradiktif dengan situasi pulau reklamasi pantai utara Jakarta. Pengawal udara nasional, Gatotkaca, hanya bisa tepuk jidat sambil menguap kebingungan.

Di darat, tampak kerumunan manusia politik yang terpisah nyata dengan teritorial habitat rakyat. Mereka tampak sibuk dengan aneka kesibukkan. Ibarat sebutir kacang tanah yang sedang direbus. Bergejolak bebas aktif. Beberapa lapis.

Masuk atmosfir bumi, ternyata dasar negara rasa-rasanya mukamu jauh. Kesaktian Pancasila berubah menjadi senjata pemukul, senjata pemusnah bagi lawan politik, musuh rakyat, pihak berseberangan.

Nusantara tertutup, terselimut, terbungkus Pancasila kemasan baru. Komponen lokal hanya pada tulisan “Pancasila”. Selebihnya memang klas dunia. Pancasila meninggalkan kita atau sebaliknya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar