klasik, saat asyik jaga
persatuan dan keutuhan NKRI
Nilai jual, nilai tukar, daya juang, daya saing
kepala daerah (gubernur, bupati / walikota) sudah mampu menembus permukaan dan
membentuk lapisan atas. Aroma irama politik merupakan kombinasi, perpaduan, hasil
kawin silang, resultan dari tindakan amoral, asusila serta pasal lainnya. Pelaku
aktif LGBT jelas kalah klas.
Kendati Pancasila memang ada lima sila. Perjalanan peradaban
berkemajuan lurus anak bangsa pribumi Nusantara, menjadikan merahnya
Merah-Putih semakin merah. Kandungan komponen lokal ideologi, tepat modus
politik, sudah semakin surut.
NKRI harga mati diartikan dengan pembakaran bendera
tauhid di sela-sela perayaan nasiona Hari Santri 22 Oktober 2018. Karena pelakunya
masuk kategori generasi tak bertuan, maka pihak yang dianggap paling bersalah
adalah si pembuat video. Artinya, jauh di sana memang jamak kalau ada perilaku
anti-NKRI di dalam negeri.
Perilaku pengusa yang dengan garang unjuk kuasa,
pamer kuat, demo kaya bukan tanpa sengaja. Skenario setan terunggul adalah
menceraiberaikan NKRI. Diinspirasi kalau setan mampu mejadikan pasutri cerai,
dianggap layak maju ke periode atau tahapan selanjutnya. Juga tidak. Diharapkan
mencari korban lainnya. Kalangan pesohor menjadi ladang empuk setan untuk
bermanuver.
Tampaknya NKRI bak gelas retak. Tam[pak utuh. Namun
rawan, riskan, rentan berkeping-keping. Politik adalat alat pemersatu sekaligus
pemecah. Manusia politik tipe satu periode, satu musim. lebih mengandalkan akal manusia
ekonomi. Apapun bisa dilipat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar