Halaman

Senin, 15 Oktober 2018

gagal paham politik démagogi penguasa

gagal paham politik démagogi penguasa

Masih terjadi modus klasik dengan menebar sénsasi politik, menabur séntimén politik. Propaganda penguasa plus pengandaan dengan menayangkan kinerjanya, bukti kisah sukses. Justru adalah kewajiban sebagai presiden. Kecuali kalau merasa hanya sebatas petugas partai.

Walhasil, generasi pribumi  Nusantara terjangkit trémor politik. Efek domino terasa dengan munculnya generasi pribumi Nusantara. Sebutan generasi tak tergantung batasan umur, usia atau tanggal kelahiran. Untuk semua umur, lintas usia. Pokoknya manusia dan atau orang Indonesia yang hidup di periode 2014-2019. Karena sama-sama mengalami bencana politik, cuma beda kadar gempa.

Ironis binti miris, gelar akademis tak menjamin ybs tak terjangkit emosi labil.

Sah-sah saja jika presiden aktif 2014-2019 berniat lanjut ke periode kedua. Ybs tahu betul emosi rakyat yang labil. Sentuhan sedikit saja, emosi rakyat langsung menyala dan menyalak. Sesuai dengan artian sederhana tentang démagogi. Sebagai politik untuk memperoleh kekuasaan dengan jalan menghasut dan membangkitkan emosi rakyat.

Gampangannya, generasi pribumi Nusantara yang cepat melek TIK, khususnya pada penggunaan internet, fokus pada media sosial. Fakta seutuhnya sudah jadi rahasia umum. Ingat judul “pada galibnya, hoaks adalah produk unggulan penguasa”.

Bagaimana kadar emosi generasi pribumi Nusantara yang menu hariannya tak bisa lepas dari pengaruh TIK. Terkontaminasi sejak dalam kandungan. Sensor asupan gizi ideologi, tak berfungsi atau nyaris tak peka. Daya tahan terhadap benturan ideologi yang tampak penuh gaya, sepertinya malah bangga kalau jadi korban. Merasa diperhatikan oleh penguasa.

Karena emosi yang bicara. Semua informasi ditelan mentah-mentah. Anak bangsa pribumi yang masuk usia non-produktif. Yang cel darah merah politiknya tidak pernah bekerja. Mendadak menjadi ikut beringas. Tak mau kalah garang dengan generasi yang notabene seumur anaknya. HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar