masih banyak cadangan
udang di balik batu
Asumsi motto berbasis jalan: “sepanjang-panjang jalan
tol, lebih panjang deretan mobil pibadi ganil dan atau genap”. Tak heran, ada pihak
yang tak mau kalah garang. Walau dikeruk, dikuras, dikeduk kekayaan alam tanah
dan air, tak akan habis 7 turunan, 7 tanjakan, 7 tikungan. ULN kecil. Bisa
sekali bayar.
Sertifikasi lahan pertanian semakin
meningkatkan swasembada pangan. Di luar nalar, laju pertambahan warga negara,
memang di luar logika ekonomi. Bebas visa kunjungan, hanya sekedar menambah
tenaga kerja asing.
Indonesia menjadi negara yang perekonomiannya
memiliki kelebihan atau surplus tenaga kerja (labor surplus economic).
Artinya, pertumbuhan ekonomi tidak berbanding lurus dengan pengatasan maupun
pengentasan pengangguran dan kemiskinan. Disinyalir, masalah perekonomian tidak
sekadar seputar pengangguran dan kesempatan kerja, tapi juga kompetensi dan
produktivitas SDM (sumber daya manusia) yang dinilai kurang dapat bersaing.
Pepatah ilmu padi atau ilmu kondom, tak berlaku
bagi kaum parlenté. Pejabat, petinggi semacam kepala negara, butuh tampilan.
Butuh jaga citra, pesona, wibawa. Saking butuhnya, butuh dukungan hukum.
Dilindungi undang-undang. Pantang diusik apalagi dihina.
Hujan tak merata selama 2014-2019, diimbangi dengan
modus tingkat tinggi yaitu gelaran karpet merah. Sekali sebagai ojek payung
raja Salman namun tak berbalas investasi. Kabinet kerja bak angkot, pembantu
presiden tak wajib sampai tujuan akhir.
Gonjang-ganjing politik di akhir tahun politik
2018, sebagai pratanda akan adanya kejutan di tahun politik 2019. Kawanan parpolis
pro-Jokowi plus minus JK, sudah tetapkan tarif politik. Namanya politik, pihak
mana yang berdaya tarik, menjadi tujuan. Loyalitas total kopral, fanatisme,
militansi, radilkalisme, agresivitas anak bangsa pribumi, jauh tahun sudah bisa
ditebak seleranya.
Kawan politik biasanya gemar mengangkat untuk
menjatuhkan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar