Halaman

Selasa, 30 Oktober 2018

memahami ikatan semu antar genenerasi tak bertuan Nusantara


memahami ikatan semu antar genenerasi tak bertuan Nusantara

Alam bawah sadar kita sudah mampu membaca pratanda zaman. Rangkaian sejarah sudah menyuratkan dan menyiratkan adanya fenomena alam, buah busuk sebelum waktunya. Penyebab sementara yang layak diduga karena pupuk kimia over dosis. Biang kerok terdeteksi lainnya adalah adanya daun tertutupi zat kimia anti hama.

Menjadikan rumus kimia generasi penerus dan pewaris masa depan bangsa, menjadi dengan struktur baru. Entah apa namanya. Revolusi digital semakin memacu dan memicu prosesi dan suksesi daya adab.

Tanpa kuota impor, arus masuk budaya asing gratis ongkir sampai di tangan bayi dalam kandungan. Tawuran antar anak didik beda sekolah, menjadi berita ringan. Tak ada “lawan tanding”, terjadilah kenakalan generasi dengan membakar bendera tauhid. Betul-betul melebihi makna “pagar makan pagar”.

Sebagai negara multipartai, wajar kalau dasar negara disesuaikan dengan bahan kampanye. Formulasi sejahtera Indonesia, lebih menberi akses kepada pihak mana pun yang peduli dengan kondisi bangsa. Pemerintah bayangan pun sudah melampaui hakikat otonomi daerah.

Peta politik secara awam tampak warna-warni, warna pelangi, warna balonku ada lima atau warna dasar. Dari angkasa raya, merahnya Merah-Putih semakin merah. Pemuda harapan pemudi, menjadi sekedar harapan belaka. Walau bukan isapan jempol kaki. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar