Halaman

Sabtu, 27 Oktober 2018

kiamat minimalis sudah diberlakukan


kiamat minimalis sudah diberlakukan

Keluarga, rumah tangga anak bangsa pribumi, hasil survei tanpa survei, sudah merasakan musibah. Terasa sangat dengan kehilangan anggota keluarga yang terbaik. Mulai dari yang masih lucu-lucunya sampai yang wajar karena usia.

Musuh negara yang diformat secara konstitusional bertajuk kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan memang menjadi musuh nyata penduduk, rakyat, masyarakat Nusantara.

Betapa pedulinya pemerintah terhadap musuh negara. Memakai filosofi, satu musuh terasa sedikit, ratusan kawan terasa banyak. Akhirnya NKRI merasa perlu ‘teman latih’ agar stabilitas siap komandan, terjaga 24 jam.

Daerah tujuan wisata menjadikan obyek wisata bergerak menjadi andalan. Kekayaan alam, potensi lingkungan menjadi sumber utama pendapatan asli (kepala) daerah. Pilkada serentak membuat otonomi di daerah semakin mewujudkan dinasti politik.

Pihak yang memfasilitasi perilaku LGBT, diibaratkan atau diutarakan, bak parpol menyuburkan KKN warisan Orde Baru. Menu politik ‘nasakom’ jangan dilupakan, sebagai warisan Orde Lama.

Di bawah pemerintah siapa pun, ternyata ada ormas islam yang terjangkit wabah politik praktis, cinta dunia. Takut bersaing. Nyaman di bawah ketiak partai politik. Wisata politik sejak zaman penjajahan ini memang menjadi karakternya. Mau apa lagi. Kepala bebas tetapi ekor terkendali oleh penguasa.

Agaknya, lengkap sudah adab bermasyarakat, berbangsa, bernegara yang menentang dan menantang kebijakan penguasa alam. Kemajuan ekonomi bangsa disesuaikan dengan selera dan tuntutan global. Tak ikut arus, akan tertelan terjangan penguasa ekonomi dunia. Asinnya garam dapur rakyat rasa dunia.

Belum lagi bumbu praktik pengadaan barang dan atau jasa yang malah menganaktirikan bangsa sendiri. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar