Halaman

Selasa, 16 Oktober 2018

kinerja sopir angkot, menebar sénsasi politik vs menabur séntimén politik


kinerja sopir angkot, menebar sénsasi politik vs menabur séntimén politik

Kata yang punya negara, politik bisa menjadikan orang sebagai apa saja. Menjadi kelupaan nasional, nasib bangsa ditentukan oleh manusia politik. Manusia politik di bawah kendali manusia ekonomi. Posisi rakyat sesuai martabatnya sejak zaman doeloe.

Bangkit dan majunya suatu negara, karena daya juang dan pengorbanan rakyat. Tolok ukur negara berkembang, berkemajuan karena ada pergerakan dari bawah. Bukan kehirukpikukan penguasa liwat pesta demokrasi lima tahunan.

Pergolakan sesungguhnya karena praktik politik menjadi ajang tarung bebas. Pesta demokrasi menjadi adu emosi, bukan mengedepankan rasionalitas. Indonesia tersanjung, dianggap sebagai mitra IMF. Semakin disanjung semakin tersandung. Manusia politik siap bertindak gaya apa saja. Siap memerankan peran apa saja. Asal bayarannya cocok.

Namanya politik, semakin tenggelam semakin asyik. Tak pandang bulu. Rakyat sipil maupun mantan angkatan, kalau sudah berpolitik lupa berdiri. Selain kaki dan tangan seolah menjadi pesaing. Acap tangan kanan tidak serta percaya pada tangan kiri. Ironis binti miris, kaki kanan mengajak ke arah kebaikan. Kaki kiri lebih memilih jalan yang tampak mulus, menggiurkan. Akhirnya, terpaksa ambil jalan tengah. Siap skenario dua periode, agar modal bertambah. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar