Kongso
adu jago, politisi sipil vs masyarakat sipil
Tersurat
di Rancangan Awlal RPJMN 2015-2019: Penguatan kerja sama masyarakat politik,
masyarakat sipil dan masyarakat ekonomi dalam mendorong proses demokratisasi.
Lebih lanjut, dalam buku yang sama yaitu Buku II Agenda Pembangunan Bidang: Penyediaan
dan pelembagaan forum konsultasi publik dan ruang partisipasi lainnya untuk masyarakat
sipil oleh seluruh badan publik.
Sub
Bab Kerangka Pendanaan malah menyebutkan: Pembangunan politik dalam negeri dengan
isu strategis pemantapan proses positif kosolidasi demokrasi memerlukan dukungan
optimal seluruh pihak dalam negara, swasta maupun masyarakat sipil. Hal ini
dengan mengingat makin pentingnya kemitraan semua pihak dalam memajukan proses
positif kondolidasi demokrasi, sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan perundangan.
Hal
lain yang perlu digarisbawahi adalah Presiden perlu memiliki hubungan yang baik
dan kolegial dengan kalangan media massa dan organisasi masyarakat sipil untuk
mengkomunikasi kan secara teratur latar belakang kebijakan-kebijakan yang pro
kepentingan publik. Pada saat ini peran lembaga presiden masih perlu diperkuat
dengan mengingat presiden dipilih langsung oleh rakyat sesuai dengan amanat UUD
1945.
Pendidikan
HAM, melalui strategi pendidikan HAM
aparat penegak hukum serta sinkronisasi dan sinergi fungsi penelitian, pengkajian
dan kerjasama HAM pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat sipil dan swasta.
Meningkatnya
kualitas tata pemerintahan daerah, baik dalam dimensi pemerintahan daerah,
birokrasi, masyarakat sipil dan masyarakat ekonomi.
Konsep
good governance di Indonesia menguat pada era reformasi ketika terdapat desakan
untuk mengurangi peran pemerintah yang dianggap terlalu dominatif dan tidak
efektif (bad government). Untuk mengatasi hal ini negara perlu membagi kekuasaan
yang dimiliki dengan aktor lain yakni swasta (private sector) dan
masyarakat sipil (civil society). Interaksi di antara ketiga aktor ini dalam
mengelola kekuasaan dalam penyelenggaraan pembangunan disebut governance.
Interaksi dimaksud mensyaratkan adanya ruang kesetaraan (equality) diantara
aktor-aktor terkait sehingga prinsip-prinsip seperti transparansi,
akuntabilitas, partisipasi, dan lain sebagainya dapat terwujud.
Permasalahan
kehidupan demokrasi dewasa ini adalah masih rendahnya kinerja lembaga lembaga
demokrasi, termasuk parpol, parlemen, penyelenggara pemilu, organisasi
masyarakat sipil (OMS)dalam menyerap ekspektasi dan variasi aspirasi politik
yang munculsangat deras dan dinamis sebagai ekspresi kebebasan sipil yang dibawa
oleh demokrasi sejak reformasi 1998.
Peran
OMS telah mengalami perubahan besar sejak satu dasawarsa terakhir ini, dengan
makin meningkatnya keikutsertaan OMS di dalam proses penyusunan kebijakan
publik dan pengawasan pelaksanaannya.
Ganti
adegan, acara. Atraksi. Masuk ke ranah politisi sipil.
Mulai
dari olahkata “dikotomi politisi sipil, bangkit berkali-kali vs basi berkali-kali”.
Rekam
jejak perjalanan politik anak bangsa Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie)
bisa dikatakan di atas rata-rata kawanan parpolis Nusantara. Sejarah mencatat,
sejak mulai dari pembantu presiden, wakil presiden dan presiden sudah dilakoni
dengan cermat, gemilang sesuai kadar jiwa raganya.
BJ
Habibie cuma ingin membuktikan bahwa bermanfaat buat bangsa dan negara tidak
harus jadi kepala negara. Berjuang, berbakti untuk nusa bangsa dan tanah air,
tidak harus melalui jalur partai politik. Ambisi politik yang tidak kesampaian,
terwujud, tercapai, tergapai hanya akan menggadaikan masa depan generasi
penerus. Bangsa ini akan rapuh dari dari dalam berkat konflik politik tak
berkesudahan.
Lanjut
ke olahkata “prajurit tua tak akan mati vs politisi sipil tak akan puas sampai mati”.
Di
panggung, industri dan syahwat politik, masih bersliweran aroma irama politisi
sipil yang tak mati-mati - walau bukan sebagai mayat hidup - dan tak akan puas sampai mati.
Di
pemilu legislatif 9 April 2014, muncul pemilih dengan stigma uneducated people.
Kondisi ini berlanjut, muncul politisi akar rumput yang beratribut tim sukses.
Pandangan politik, orasi atau obrolan politiknya melebihi sang calon. Kombinasi
penonton dan pemain, berakhir dengan sikap yang membabi buta.
Politisi
akar rumput merasa sebagai penyebab seseorang terpilih menjadi wakil rakyat
tingkat kabupaten, kota, provinsi dan pusat. Karena demokrasi Indonesia
menyuratkan bahwa kemenangan berdasarkan jumlah suara, bukan dari hakekat atau
makna keterwakilan.
Namanya
politik versi Nusantara, bersifat dinamis, fluktuatif dan lelang terbuka.
Jelang pesta demokrasi segala tingkatan, terjadi hubungan diplomatik antara
partai politik atau politisi dengan penyandang dana. Pihak tersebut kedua, bisa
klas lokal, klas nasional, klas multinasional maupun investor politik
internasional.
Karakter
dasar sebagai negara yang masih, sedang, selalu, akan berkembang adalah:
Pertama. Butuh dana yang tak terhitung untuk meraih kekuasaan.
Kedua. Butuh biaya yang tak
teranggarkan untuk mempertahankan kekuasaan.
Ketiga. Butuh modal
pembangunan negara yang ‘tak terduga’ selama menjalankan kekuasaan.
Bersambung
tetapi dengan tema beda. Simpul ringan, bahwa politik itu seni. Hanya untuk
sekarang dan esok yang lebih dekat. Soal nanti bagimana, sigap. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar