Halaman

Jumat, 05 Oktober 2018

origami vs seni melibas kepercayaan rakyat


origami vs seni melibas kepercayaan rakyat

Tak begitu salah jika dikatakan pergolakan politik hanya terjadi di permukaan atas. Kinerja manusia politik bak buih, busa di ombak. Dasar kehidupan bermasyarakat selalu terjadi dinamika, romantika yang menjadi karakter rakyat.

Banyaknya populasi disertai sebaran daratan hunian manusia, sangat menentukan sistem pemerintah. Bentuk negara sudah jelas yaitu NKRI. Hubungan eksekutif – legislatif – yudikatif tergantung kekuatan pasar. Ahli, pakar hukum selalu kalah langkah dengan menu politik. Kepastian bentuk pemerintahan dipraktikkan sambil jalan. Sistem tambal sulam.

Moral politik yang semula berbasis Pancasila, terdampak revolusi mental sesuai hukum daya tarik bumi. Harga pasti bagi Pancasila, antara tanggal pendeklarasian sampai uji kesaktian.

Ketika rakyat mempercayakan urusan bangsa dan negara kepada sekelompok manusia politik, dipilih langsung. Hukum ekonomi sangat menentukan pesta demokrasi dan jalannya demokrasi itu sendiri.

Negara maju pun untuk maju, perlu asupan ULN. Apalagi Indonesia. Sampai butuh saja vs butuh banget investor politik. Perang dingin dunia sudah berakhir. Tidak dengan Indonesia.

Kesenjangan, ketimpangan, atau sebutan lainnya, semakin menaikkan klas rakyat, strata penduduk, kasta masyarakat. Peta udara menunjukkan dominasi rakyat papan bawah. Fakta ini akan menyuburkan faham atéis, antimonotéis. Mereka mampu melebur, merasuk ke partai politik.

Jika antar rakyat terjadi gesekan horizontal, friksi, akan menjadi pasal utama agar penguasa menentukan kejadian luar biasa. Situasi darurat yang membahayakan pemerintah. Tak heran jika aneka bebas ujar berbasis kebencian, kebodohan, kebohongan dipelihara oleh negara. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar