Diberi Taring Minta
Tanduk
Apapun kejadiannya di tahun politik, selama tidak
mengusik wibawa negara, tidak menista harga diri penguasa, tidak anti kebijakan
pemerintah, jelas tidak akan bisa dipolisikan. Kendati kalangan rakyat
menggeliat, kelompok masyarakat menggugat, hanya masuk telinga kanan langsung
keluar lagi.
Sebaliknya, tindak anarkis yang dilakukan
masyarakat atau bahkan seklas organisasi kemasyarakatan atau perangkatnya, jika
tak mengganggu stabilitas keamanan negara, tak menggoyang kursi presiden, hanya
dianggap sebagai dinamika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Hanya
riak-riak kecil di atas gelombang lautan.
Fakta ringan adanya kasus pembakaran bendera tauhid
pada saat peringatan Hari Santri 22 Oktober 2018, lepas dari unsur sengaja dan
direncanakan, hanya dikatakan sebagai kenakalan generasi yang serba bebas. Wajar,
mereka menyalurkan aspirasinya. Jangan kuatir, masih banyak stok udang di balik
batu.
Bangsa Indonesia sudah bisa menduga adanya skenario
politik yang membelah persatuan. Target dan sasaran utama adalah dengan modus
mengelus-elus satu ormas Islam agar menjadi anak manis, anak mama, penurut dan
pemau. Tidak perlu mengadu domba, tapi efek dominonya lebih dahsyat. Kalkulasi politik
multinasional, bilateral. Masih akan ada Plan A1, A2, dst. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar