Halaman

Selasa, 23 Oktober 2018

Diberi Taring Minta Tanduk


Diberi Taring Minta Tanduk

Apapun kejadiannya di tahun politik, selama tidak mengusik wibawa negara, tidak menista harga diri penguasa, tidak anti kebijakan pemerintah, jelas tidak akan bisa dipolisikan. Kendati kalangan rakyat menggeliat, kelompok masyarakat menggugat, hanya masuk telinga kanan langsung keluar lagi.

Sebaliknya, tindak anarkis yang dilakukan masyarakat atau bahkan seklas organisasi kemasyarakatan atau perangkatnya, jika tak mengganggu stabilitas keamanan negara, tak menggoyang kursi presiden, hanya dianggap sebagai dinamika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Hanya riak-riak kecil di atas gelombang lautan.

Fakta ringan adanya kasus pembakaran bendera tauhid pada saat peringatan Hari Santri 22 Oktober 2018, lepas dari unsur sengaja dan direncanakan, hanya dikatakan sebagai kenakalan generasi yang serba bebas. Wajar, mereka menyalurkan aspirasinya. Jangan kuatir, masih banyak stok udang di balik batu.

Bangsa Indonesia sudah bisa menduga adanya skenario politik yang membelah persatuan. Target dan sasaran utama adalah dengan modus mengelus-elus satu ormas Islam agar menjadi anak manis, anak mama, penurut dan pemau. Tidak perlu mengadu domba, tapi efek dominonya lebih dahsyat. Kalkulasi politik multinasional, bilateral. Masih akan ada Plan A1, A2, dst. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar