Halaman

Sabtu, 20 Oktober 2018

ketika manusia meninggalkan dan menanggalkan angka


ketika manusia meninggalkan dan menanggalkan angka

Ilmu hitung, matematika suit diterapkan saat interaksi sosial. Hubungan timbal balik hubungan antar manusia, saling berbagi rezeki, nikmat dunia, bersifat sosial. Rasa kedermawanan menjadi tali pengikat lestarinya pola hidup rukun, guyub. Menjadi ciri dasar komunitas masyarakat dalam ikatan teritorial.

Musim kering menjadi tamu bersama, penduduk mendadak bisa saling peduli. Sama-sama menggerutu untuk nasib yang sama. Bagi pengguna pompa air sumur dalam, bisa dituding penyedot air lingkungan. Lapisan bumi walau mirip kue lapis, tapi beda kandungan airnya.

Bagaimana warga memberlakukan halaman rumah, tanah pekarangan, kebun akan menentukan daya resap air hujan. Semakin air hujan bebas masuk ke dalam tanah, dipastikan air tanah permukaan terjaga.

Pasal urusan akhirat, urusan dengan Allah swt, matematika buatan manusia, tak akan menggapai hitungan pahala. Setiap langkah kaki dari rumah ke masjid, ada argo pahala. Sampai datang ke masjid sebelum azan dan dapat shaf terdepan, kalkulasi pahala semakin tak bisa ditakar oleh akal manusia.

Manusia dan atau orang mendadak lupa bahwasanya kejar urusan dunia, secara matematis hanya akan mendapatkan hasil dunia saja. Kejar dan utamakan urusan akhirat, tanpa mengkesampingkan kewajiban urusan dunia, akan mendapat sinerja kedua urusan. Memang semua terjadinya kejadian terkait dengan angka, bilangan.

Semakin manusia lepas dari urusan angka-angka, justru angka-angka semakin memburunya. Betapa ibadah sholat fardhu lima waktu, ditegakkan tepat waktu, Allah swt tak pakai hitung-hitungan saat menggelontorkan pahala. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar