Halaman

Jumat, 12 Oktober 2018

generasi Nusantara, cepat matang luar vs malas gedhé


generasi Nusantara, cepat matang luar vs malas gedhé

Fenomena bonus demografi pernah merangsang logika pakar bedah politik. Akhirnya, waktu bergulir menjadi penyelamat muka kebijakan yang tak pernah beraksi. Garis kecerdasan melek politik menambah model daya juang ideologi anak bangsa pribumi.

Tolok ukur pembenaran yang dipakai adalah main banding dengan kejadian di negara sesama ASEAN.

Wajar jika muncul pertanyaan, bagaimana status, posisi, peran dan kedudukan Indonesia di ASEAN. Kita simak Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 16 | November 2013. Antara lain pada:

Secara empiris ASEAN terdiri dari tiga cluster yaitu cluster tinggi (Singapura, Malaysia dan Thailand), cluster menengah (Indonesia, Filipina, Brunei Darussalam dan Vietnam) dan cluster rendah (Cambodia, Laos dan Myanmar). Perlu dibuat program di masing-masing cluster, yang ditindaklanjuti melalui upaya negara-negara dalam cluster tinggi berpartisipasi mendampingi negara di cluster menengah dan rendah serta negara di cluster menengah membantu yang cluster rendah.

Narasi di atas, lima tahun yang lalu. Zaman periode kedua SBY, 2009-2014. Sekarang, tentu sudah berubah drastis dan menakjubkan. Tak perlu promo dan propaganda. Semangat Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, semangkin menjadikan Indonesia eksis, berkibar dan mempesona. Wibawa negara menjadi terdongkrak.

Aroma irama praktik pendidikan praktis politik vs politik praktis di Indonesia berbasis sistem feodal. Dibalut perasa, pengawet, pewarna buatan maupun alami. Komposisi adonan dan adukannya sesuai asas dinamisme dan animisme. Masih memperhitungkan bulan baik, hari baik, nama baik. Agar tampak nasionalis, ditambah ramuan tanggal ganjil dan atau tanggal genap.

Bicara soal generasi tak akan lepas dari pasal hari bencana politik nasional. Simak dengan bijak, pergerakan politik arus atas selang waktu antara G30S 1985 PKI sampai pada reformasi 21 Mei 1998. Kondisi ini menjadi acuan tren politik.

Aneka penamaan generasi di periode 2014-2019, bersifat suka-suka yang menjuluki. Menjadi bukti ringan walau tanpa survei. Dikemas apa adanya, menjadi judul di atas. Memang begitulah adanya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar