Halaman

Sabtu, 27 Oktober 2018

anomali politik akhir periode


anomali politik akhir periode

Sebagai anak didik klas politik nasional, petugas partai dipastikan rapornya didominasi warna biru. Angka 5 pun berwarna biru, bukan angka mati. Artinya, total jenderal loyal kopral, tidak perlu mengulang di klas yang sama. Penyalurannya entah kemana. Tergantung kebijakan penguasa tunggal parpol pendukung.

Dijadikan presiden senior, hanya akan mengganggu pendahulunya yang tak lain adalah pemegang hak prerogatif oknum ketum parpol pengusungnya. Naik klas menjadi Sekjen  ASEAN. Serahkan kepada ahlinya.

Hitung mundur waktu satu tahun sampai batas waktu kontrak politik. Karena jam terbang, tak akan sport jantung. Tetap menjalankan modus di éra mégatéga. Lebih nyata dan terang terus. Pola memperkeruh suasana. Mengelus-elus satu kekuatan ormas berbasis Islam tradisional. Berhasil sebagai juru pengamanan jalan di rute terakhir. Agar bebas hambatan.

Kalkulasi biaya politik bukannya mengurangi modal. Pergantian pekan, modal bertambah secara mengharukan. Pihak mana saja, seperti main judi. Berharap sang jagoa menang lagi. Agar operasi mereka di Nusantara tetap stabil. Mancing ikan besar, umpannya jangan tanggung-tanggung. Apalagi tarif periode pertama sudah tak diberlakukan. Naik lipat sesuai asas manfaat.

Kehidupan bangsa, bukan sekedar dikondisikan. Ada beberapa anasir rakyat, unsur penduduk, elemen masyarakat,  yang harus dikorbankan. Siap diperas, diserap hak pilihnya dengan dalih nasionalisme berkebangsaan. Minimal diiming-imingi dengan hembusan angin surga.  [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar