asas berbagi tanpa
memberi
Sengaja orang memberi. Pasal kewajiban, karena
pekerjaan, sampai sifat amaliah. Berlaku pepatah: “siapa memberi jangan berharap kembali”. Ikhwal memberi bisa masuk kondisi
: “nguyahi segara” alias menggarami lautan.
Curahan air hujan dari langit, sebagai
pemberian-Nya yang tak pernah putus. Kepada siapa saja, dimana saja, kapan
saja. Allah swt menumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan di muka
bumi.
Manusia dan atau orang dengan akalnya berburu air
di tanah. Digali, menghasilkan sumur gali. Ingin mendapatkan air layak minum,
bumi dibor. Air untuk menunjang usaha industri. Meliwati beberapa lapisan dan
disedot.
Kearifan manusia terhadap air belum diimbangi
dengan bagaimana menjaga pasokan air di bumi. Sudah ada secara turun-temurun
namun kontradiktif. Banjir sebagai tolok ukur pembangunan yang tidak ramah air.
Kurang memanfaatkan watak air. Tetesan butir air hujan tidak disambut oleh
tanah di halaman rumah, pekarangan, kebun. Manusia takut dengan bécék, tetapi
tidak takut dengan banjir.
Bécék mempengaruhi penampilan. Merusak citra,
pesona, wibawa diri. Soal banjir, banyak temannya. Bahkan, ada ilmu, rekayasa
agar lingkungannya bebas banjir. Air hujan dialihkan ke tempat lain secara
sistemastis, yang lebih rendah tentunya. Sesuai sifat air.
Efék domino dari sifat manusia yang pokoknya pakai
air secara gratis. Air menjadi barang alam milik semua umat. Dapat didapat di
sembarang tempat dan dibuang ke sembarang tempat. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar