Halaman

Rabu, 02 Mei 2018

salah politik, semakin nyaring lengkingnya


salah politik, semakin nyaring lengkingnya

Bukan salah minum obat. Makannya dimana, béolnya dimana. Tanpa minum obat saja, pesakitan korupsi mendadak linglung. Merasa dizalimi. Antrian di barisan siap siaga rugikan negara, tak pernah surut.

Paling runyam, ternyata penguasa negeri Alengkadireja, gemar jika terjadi konflik horizontal. Rakyat di satu pihak melawan masyarakat yang beda kasta. Punggawa kerajaan yang tak kunjung naik strata melawan pihak abdi dalem karbitan.

Merasa kalau negeri adem ayem, tata tentrem, maka didatangkan bolo dupak dari negeri asing. Negeri yang surplus penduduk. Menjadi tenaga kasar berbayar dolar.

Tahun politik, khususnya 2019, untuk mempertahankan takhta, pengorbanan dalam bentuk apapun akan dilakukan. Kawan saja kalau mbalélo dilibas habis. Rakyat jangan coba-coba main gusur.

Main injak bayangan penguasa saja bisa didakwa mau makar. Minimal meremehkan wibawa negara. Melakukan pelecehan lambang negara. Menonoton acara kenegaraan liwat layar kaca sambil duduk jégang, bisa diambil paksa oleh aparat keamanan.

Mulut mengunyah menu warteg sambil ucap kegemaran penguasa, dianggap tidak sopan. Bisa digaruk oleh aparat tramtib.

CCTV hidup bergerak dinamis dan ada dimana saja. Sampai-sampai presiden kedua RI, terheran-heran. Motto pak Harto menghadapi pihak berseberangan dengan pola kalau tidak mau dirangkul, akan didengkul.

Kegemaran robot politik 2014-2019 cukup sederhana. Yaitu gebug duluan, rembuk belakangan. Tak heran, pihak yang menjilat dengan pihak yang menghujat, sulit dibedakan. Namanya juga politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar