Halaman

Selasa, 29 Mei 2018

lempar batu pasang tampang garang


lempar batu pasang tampang garang

Sopir angkot harus pandai-pandai menempatkan diri. Baca situasi tanpa pikir lama. Menghadapi beberapa masalah sekaligus.

Yang pertama dan utama. Uber penumpang yang tercecer, yang tersisa, yang tak terangkut oleh moda angkutan online. Anak SD sudah melek tekonologi. Sekolah jauh tak perlu antar jemput. Pakai jasa ojek online. Pejalan kaki atau yang hobi jalan sehat, dianggap mengganggu harapan sang sopir.

Meliwati pangkalan pesaing, hati tambah meradang. Namanya persaingan bebas memperebutkan “kursi” yang sama. Ngetèm santai, entah berapa kali disalip pesaing.  Di lain pihak, jalan memang bukan tambah panjang, malah bersusun. Angkutan umum, massal diharapkan jadi primadona.

Yang kedua. Uber setoran. Bersaing dengan sesama angkot. Bahkan satu rute, malah satu juragan. Jam kerja 24 jam terasa kurang. Memang nasib tidak bisa diuber. Mau alih profesi, tidak punya keahlian lain. Mau mulai dari ‘nol’, kebutuhan rumah tangga, keluarga, tetap melaju.

Tujuan berlalu lintas atau berkendara semakin menjanjikan. Tidak juga. Karena bisa belanja online, malah memperluas ladang rezeki ojek online.

Yang ketiga. Kapan saja, di mana saja bisa terjadi razia kendaraan bermotor. Plat kuning masih menjadi langganan. Memang bisnis jalanan tak pernah ramah. Panas jalanan, suara dan asap knalpot menambah laju aliran darah dan memacu detak jantung.

Daya cerdas ideologi berbanding terbalik dengan daya tarik nikmat dunia. Semangkin bayaran tinggi maka akan berbanding terbalik dengan pendayagunaan cerdas ideologi. ini rumusan siapa. Memangnya ada di Nusantara.

Karena pengalaman sebagai guru yang baik. Pengalaman menentukan nasib di laga kandang, semacam pilkada serentak. Maupun terutama pemilu legislatif serentak dengan pemilihan presiden, akan dilaksanakan pada hari Rabu, 17 April 2019. Maka pihak yang merasa berpengalaman merasa di atas angin.

Karena pengalaman sebagai faktor penentu. Untuk mendapatkan kemenangan secara total, maka para pelaku pengalaman, di jalanan atau dunia hitam, dirangkul. Padahal mereka sejak dini sudah dielus-elus. Diberi jabatan, kekuasaan, sehingga loyalitasnya total. Total jenderal menajdikan diri merasa siap dan layak tanding.

Daripada menggalang kekuatan dalam negeri dengan modus kompromi. Menganut asas sistem bagi hasil, pola ganti untung, arisan kesempatan, sistem kompensasi. Tak melanggar pasal jika bekerja sama, sama-sama bekerja dengan pihak asing, kekuatan asing. Walau diutamakan kompenen lokal.

Merasa mengkantongi tiket terusan, semua sudah diatur dengan seksama. Njlimet sampai urusan tètèk bengèk. Merasa semua sudah diijon. Digadang agar nantinya jangan jadi penghalang, penghadang.

Tak heran, pihak loyalis penguasa memang selalu pasang badan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar