Anak Durhaka,
Berdoa Untuk Ibu Cuma 5 Kali Sehari
Majelis ilmu yang
diselenggarakan tiap bakda subuh sabtu dan ahad, di masjid tempat tinggal. Banyak
animonya. Kendati modal jiping (ngaji kuping). Jamaah karena faktor U, pilih
duduk bersandar. Sesekali kepala mengangguk-angguk tanda.
Agar tak bikin jenuh,
ustadz sesuai jadwal. Sebulan sekali tampil. Diadakan tanya jawab, sesuai waktu
yang tersisa. Biasanya jika sudah terang tanah, jamaah gelisah. Mau tegakkan
sholat sunnah isyraq. Kaum ibu sudah mulai ceramah sendiri.
Sekali acara, ustadz
beberkan doa. Agar makbul, ulang 3 (tiga) kali. Tentunya mengikuti adab, rukun, tata cara berdoa. Kandungan bacaan sholat juga doa. Karena waktulah,
tidak ada tanya jawab.
Usai sholat isyraq,
jamaah kumpul di serambi, teras masjid. Minum teh hangat dan kunyah makanan
ringan. Sambil berbincang dengan ustadz. Saya ajukan pertanyaan, bahwasanya
kalau berdoa untuk orangtua, ada penjelasan lakjukan secara rutin. Bukan berapa
kali atau diulang berapa kali.
Jawab ustadz menyengat. Kurang
lebihnya sesuai makna judul.
Apakah kalau kita
mendoakan orangtua, khususnya ibu, sampai kita capai, berkeringat, bahkan
sampai berdarah-darah. Bayangkan ibu kita saat mengandung sampai membesarkan
kita. Koq cuma dibalas dengan doa 5 (lima) kali atau sesuai sholat fardhu 5
(lima) waktu.
Ayo kita renungkan. Apalagi
kalau hanya sekali sehari mendoakan orangtua, khususnya ibu. Apa kata dunia. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar