Halaman

Senin, 21 Mei 2018

(pengamat) minyak qurtubi


(pengamat) minyak qurtubi

Namanya berita. Di zaman SBY, beberapa kali saya dengar penyiar TV berujar,”… pengamat minyak qurtubi …”. Saya tidak sedang menonton. Sekilas dengar. Asosiasi saya, sepertinya ada jenis minyak. Produk pertamina. Minyak olahan industri rumah tangga. Atau sejenis minyak di pasaran. Atau sebangsa minyak kesturi, dsb.

Apalagi ada ujaran tentang pengamat ekonomi indef, pemerhati ikan air tawar sampai pengamat ekonomi dari universitas. Tak jarang disebut pendapat pakar hukum tata negara.

Suatu ketika, saya duduk sambil mencari acara TV yang sehat dan menyehatkan. Nyantol ke saluran debat. Bintang tamu atau nara sumbernya adalah pengamat minyak yang bernama Dr Qurtubi.

Baru dong, bahwasanya ‘qurtubi’ adalah nama orang. Saya bisa lihat orangnya, sedang menjelaskan hasil pengamatannya. Tampak menguasai bidangnya. Tampilannya santai, agak sedikit kocak. Tidak formalitas atau gaya-gayaan.

Pada acara forum siapa yang mau nyapres jelang pesta demokrasi 2014, bang Qurtubi hadir. Duduk santai. Saat ishoma. Beliau agaknya kalah pamor dengan mantan petinggi yang hadir. Senyum-senyum mendengarkan orang berdiskusi ngalor-ngidul ngétan bali ngulon. Pakai busana hem lengan pendek, sibuk.

Perjalanan waktu, akhirnya bang Qurtubi masuk jajaran wakil rakyat yang bermarkas di Senayan, Jakarta. Karena saya jarang dengar siaran TV, makanya jarang dengar suara ‘pengamat minyak qurtubi’ disebut.

Kejadian perkara lain, saya sedang searching data di internet. Tak sengaja menemukan berita kinerja ybs sebagai wakil rakyat. Rasanya, kepekaan sebagai pengamat, menjadi tak bebas. Mau tak mau, harus berbahasa diplomatis. Atau saat berhadapan dengan pihak eksekutif, akan mengeluarkan jurus maut.

Yang jelas, sejauh ini belum ada sertifikasi pengamat. Munculnya ahli komen di media sosial, malah membuktikan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar