Halaman

Kamis, 31 Mei 2018

konsumsi dan komersialisasi Pancasila


konsumsi dan komersialisasi Pancasila

Salah banyak kemanfaatan Pancasila sebagai pandangan hidup, adalah dapat menghidupi anak bangsa. Menjadi mata pencaharian secara edukatif. Menjadi guru Pancasila sampai narasumber Pancasila.

Pancasila agar tampak berwibawa, menajdi alat dan permainan manusia politik.

Zaman Orde Baru muncul karena ada ramuan Pancasila Sakti. Periode ‘Panca Sila’ sakti dengan penguasa tunggal presiden kedua RI, bisa menyalip lamanya menjabat presiden pertama RI.

Bukti otentik, orisinal utama dan pertama. Bahwasanya anak cucu idologis faham yang menjadi bahaya laten, tak ada matinya. Atak ada pasal kapok, jera. Semakin dibabat, akan semakin tumbuh liar. Masuk ke ranah apa saja.

Bulkti sampingan yang tak kalah atraktif, adalah yang mana dimana anak bangsa pribumi, putera-puteri terbaik daerah, kalangan bumiputera masih melihat sosok dan ketokohan seseorang. Tidak salah. Mengingat tipologi masyarakat Nusantara, tidak bisa diterapkan sistem bahwa mayoritas suara menjadi penentu.

Rasanya tata kalimat ini, melenceng dari niat awal. Juga tidak. Hanya sebagai pemanas, pemanas hati kawanan loyalis yang sedang baik daun.

Semakin jauh dari rakyat, karena panggilan tugas, maka nilai-nilai Pancasila akan mrutuli, mritili, mrutuli, mrètèli. Berlindung di balik pasal konstitusional, maka berlakulah asas: gebuk duluan, rembuk belakangan.

Jangan salah kalau Pancasila yang berasal, berawal dari perikehidupan rakyat, tetap menjadi menu harian rakyat.

Akhirnya, pihak yang selama ini memang biang dari segala biang, yang tak siap menang. Agar nalar politiknya berkembang tanpa meradang, harus diberi pupuk organis. Selama ini hanya hidup di bawah bayang-bayang kakek moyangnya, maka sekarang hidup dalam angan-angan politiknya.

Tak salah, kalau Pancasila didudukan, diposisikan secara formal kenegaraan. Bukan sekedar alih  wacana atau sebagai syarat administrasi. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar